Senin, 01 Juli 2013

It is not about the church.

Berawal dari sebuah ke'kepo'an. Kepo tidak selalu berujung pada hal-hal yg negatif, tapi bisa dijadikan pelajaran yg berharga. Jangan salahkan kepo, karena kepo adalah salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Hehehehe :D
Termasuk aku yang kepo sama gereja-gereja di Indonesia. Ada banyak gereja dengan nama yang berbeda-beda. Gereja Protestan, Katolik, Ortodoks, de el el. Di gereja Protestan pun masih ada banyak lagi di dalamnya, mulai dari Lutheran, Calvinis atau Gereja Reformasi, Methodist, Pentakostal, Kharismatik, Advent, dan lain sebagainya. Di dalam gereja-gereja itu juga ada gereja yang bersifat kesukuan atau kedaerahan tertentu.

Sering kepikiran, apa bedanya gereja-gereja ini? Kenapa beda-beda? Emang ada sih teorinya pas pelajaran agama dulu di sekolah. Realitanya?
And I ask this question to GOD.


Sampai suatu saat Tuhan menempatkanku di sebuah kota.

Merantau ke Tangerang Selatan, aku berkelana cari gereja. Kadang pas liburan aku juga ke Bogor dan ibadah di sana. Gereja di daerah sini emang ga sebanyak di Jawa Timur. Apalagi kalo masih awam sama kota baru ini, jadi pas nyarinya strugglenya harus lebih besar. Akhirnya gereja-gereja ini ketemu juga.
Mulai dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Serpong, Abbalove Ministries Serpong, Gereja Bethel Indonesia (GBI) Glow BSD, Gereja Bethel Indonesia (GBI) Basilea Christ Cathedral Serpong, Gereja Tiberias Indonesia (GTI) Serpong, Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Betlehem Bogor, sampai Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Bogor sama Greja Batak Karo Protestan (GBKP) Bogor yang notabene HKBP sama GBKP ini punya bahasa daerah yg beda sama aku. Ataupun ke gereja Katolik di Gereja Santa Monika Serpong.
Semua ini atas sepengetahuan orangtua :D  Selagi masih muda gitu kan, biar tau dunia ini.

Jadi, apa lah yang aku dapatkan dari perjalanan ini?
Ya, memang nama gerejanya beda-beda. Yang khotbah juga beda. Liturgi ibadahnya, beda. Jemaatnya beda. Bahasanya pun beda. Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jawa, bahasa Mandarin, bahasa Batak, bahasa Karo. Beda.

Tapi aku merasakan yang sama.
Tiga hal utama yang aku dapatkan: semua gereja bersaksi tentang kebenaran Firman Allah yang sama, tentang kasih dan rasa damai yang sama.

Aku cuma manusia biasa aja sih, yang hidupnya ga alim atau ketuhanan banget. Sama seperti manusia pada umumnya. Tapi setidaknya ada satu hikmah yang aku dapatkan dari sini:
Ibadah gereja bukan sekedar kedatangan, duduk diam mendengarkan Firman Tuhan, nyanyi sorak-sorai memuji Tuhan, atau jadi pelayan di depan ataupun belakang mimbar. It is not about the church. Tapi soal hati kita pribadi kepada Tuhan dan kesatuan hati jemaat.

Seorang bijak pernah bilang ke aku "Tidak penting kamu di gereja mana, atau siapa yang khotbah. Tapi bagaimana hatimu fokus pada Tuhan. Dan kamu akan merasakan kehadiratNya."
Seorang nenek dari Tanah Karo bilang "Tidak apa-apa. Mau kamu orang Jawa atau orang Karo. Tuhan kita satu. Kita semua sama di mata Tuhan."
Papa sering nyanyi "Ku tak pandang dari greja manaa.. asal kau berdiri atas FirmanNya... kalau hatimu sperti hatiku.. kau saudara dan saudariku..." :D

Banyaknya 'nama-nama' gereja ini bikin aku menyadari bahwa ada banyak manusia yang menyembah Tuhan dengan hati yang diciptakan begitu berbeda dan unik dari Tuhan. Merasa aku udah hidup di gereja paling benar dan sempurna? Hahahaa...

Agama ataupun gereja bukan tempat berkumpulnya fans terus fanatik gitu dengan ideologi tertentu. Bukan juga tempat berkeluh kesah doang dan melepas kesepian. Sekali lagi, ini soal hati kepada Tuhan, bukan memandang apa yang dipandang dunia.

Dan dengan perbedaan-perbedaan yang ada inilah kita saling menghargai, melengkapi, memberikan puji-pujian terbaik bagi Tuhan.

Kenapa Tuhan menciptakan kita berbeda-beda? Tujuannya untuk saling melengkapi dan tetap rendah hati, supaya manusia ga lupa sama Tuhan Penciptanya dan hidup selaras penuh damai.

Semua itu tentang bagaimana cara hati kita menyembah Tuhan. Bukan tentang memandang golongan siapa kamu. Think again.

"..... Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?  Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." [1 Korintus 3: 3-11]

Buatku, itu sudah cukup menjadi jawaban dari semua pertanyaanku. Thank You, Lord.