Mikroskop
elektron adalah sebuah mikroskop yang dapat melakukan pembesaran objek
sampai 2 juta kali. Mikroskop ini menggunakan elektrostatik dan elektromagnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan
pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron menggunakan jauh lebih banyak energi
dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek
dibandingkan mikroskop cahaya (Anonymous, 2012).
Scanning Electron
Microscope (SEM) adalah sebuah mikroskop elektron yang
didesain untuk mengamati permukaan objek solid secara langsung. SEM
memiliki perbesaran 10 – 3.000.000 kali, depth
of field 4 – 0.4 mm dan resolusi sebesar 1 – 10 nm. Kombinasi dari
perbesaran yang tinggi, depth
of field yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui
komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan untuk
keperluan penelitian dan industri (Prasetyo, 2011). Anonymous (2012)
menambahkan, SEM memfokuskan sinar elektron (electron beam) di permukaan obyek
dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul dari permukaan
obyek.
Alasan
Menggunakan Elektron
Elektron memiliki resolusi
yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai 200nm, sedangkan
elektron dapat mencapai resolusi hingga 0,1
– 0,2 nm. Berikut ini merupakan perbandingan hasil gambar mikroskop cahaya
dengan SEM (Material Cerdas, 2009).
Gambar 1. Perbandingan Hasil Mikroskop Cahaya dengan SEM |
Dengan menggunakan elektron
akan didapatkan beberapa jenis pantulannya yang berguna untuk keperluan
karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis
pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastis seperti pada gambar
dibawah ini (Material Cerdas, 2009).
Gambar 2. Pantulan elastis dan pantulan non elastis |
PRINSIP KERJA SEM
Prinsip
kerja dari SEM adalah sebagai berikut:
1.
Electron
gun menghasilkan electron
beam dari filamen. Pada umumnya electron
gun yang digunakan adalah tungsten
hairpin gun dengan filamen berupa lilitan tungsten yang berfungsi
sebagai katoda. Tegangan yang diberikan kepada lilitan mengakibatkan terjadinya
pemanasan. Anoda kemudian akan membentuk gaya yang dapat menarik elektron
melaju menuju ke anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan
elektron menuju suatu titik pada permukaan sampel.
3.
Sinar elektron yang terfokus memindai (scan)
keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai.
4.
Ketika elektron mengenai sampel, maka akan terjadi hamburan elektron, baik Secondary Electron (SE)
atau Back Scattered Electron
(BSE) dari permukaan sampel dan akan dideteksi oleh detektor dan
dimunculkan dalam bentuk gambar pada monitor CRT.
Secara lengkap skema SEM
dijelaskan oleh gambar dibawah ini:
Gambar 3. Mekanisme Kerja SEM |
Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari pantulan
inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X. Sedangkan
dari pantulan elastis didapatkan sinyal backscattered elektron. Sinyal -sinyal
tersebut dijelaskan pada gambar berikut ini.
Gambar 4. Sinyal-sinyal dalam SEM |
Cara terbentuknya gambar
pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop cahaya dan TEM. Pada
SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron sekunder atau backscaterred
elektron yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut
dipindai dengan elektron. Elektron-elektron yang terdeteksi selanjutnya
diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi
gelap-terang pada monitor CRT (cathode ray tube). Di layar CRT
inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar dapat dilihat. Pada proses
operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa
digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang 3 dimensi (Anonymous, 2012).
KOMPONEN UTAMA SEM
SEM memiliki beberapa
peralatan utama, antara lain:
1. Penembak elektron (electron gun)
1) Ada dua jenis atau tipe dari electron gun yaitu :
a) Termal
a) Termal
Pada jenis
ini, energi luar yang masuk ke bahan dalam bentuk energi panas. Energi panas
ini diubah menjadi energi kinetik. Semakin besar panas yang diterima bahan maka
akan semakin besar pula kenaikan energi kinetik yang terjadi pada electron. Pada
situasi inilah akan terdapat elektron yang pada ahirnya terlepas keluarmelalui
permukaan bahan. Bahan yang digunakan sebagai sumber elektron disebut sebagai emiter atau lebih sering disebut katoda.
Sedangkan bahan yangmenerima elektron disebut sebagai anoda. Dalam konteks
tabung hampa (vacuum tube) anoda
lebih sering disebut sebagai plate.
Dalam proses emisi termal dikenal dua macam jenis katoda yaitu :
a) Katoda
panas langsung (Direct Heated Cathode,
disingkat DHC)
b) Katoda panas tak
langsung (Indirect Heated Cathode,
disingkat IHC)
Pada katoda jenis ini
katoda selain sebagai sumber elektron juga dialiri oleh arus heater
(pemanas).Material yang digunakan untuk membuat katoda diantaranya adalah :
2) Tungsten Filamen
Material
ini adalah material yang pertama kali digunakan orang untuk membuatkatode.
Tungsten memiliki dua kelebihan untuk digunakan sebagai katoda yaitumemiliki
ketahanan mekanik dan juga titik lebur yang tinggi (sekitar 3400 oC),
sehingga tungsten banyak digunakan untuk aplikasi khas yaitu tabung XRay yang
bekerja pada tegangan sekitar 5000 V dan suhu tinggi. Akan tetapiuntuk aplikasi
yang umum terutama untuk aplikasi Tabung Audio dimana tegangankerja dan
temperature tidak terlalu tinggi maka tungsten bukan material yang ideal,hal
ini disebabkan karena tungsten memilik fungsi kerja yang tinggi (4,52 eV)
danjuga temperature kerja optimal yang cukup tinggi (sekitar 2200 oC).
3)
Field
emission
Pada
emisi jenis ini yang menjadi penyebab lepasnya elektron dari bahan ialahadanya
gaya tarik medan listrik luar yang diberikan pada bahan. Pada katoda
yangdigunakan pada proses emisi ini dikenakan medan listrik yang cukup
besarsehingga tarikan yang terjadi dari medan listrik pada elektron
menyebabkanelektron memiliki energi yang cukup untuk lompat keluar dari
permukaan katoda.Emisi medan listrik adalah salah satu emisi utama yang terjadi
pada vacuum tubeselain emisi thermionic.
Jenis
katoda yang digunakan diantaranya adalah :
- Cold Field Emission
- Cold Field Emission
- Schottky Field Emission Gun
2. Lensa Magnetik
Lensa magnetik yang
digunakan yaitu dua buah condenser
lens. Condenser
lens kedua (atau biasa disebut dengan lensa objektif) memfokuskan electron dengan diameter yang sangat kecil, yaitu sekitar
10-20 nm.
3. Detektor
SEM memiliki beberapa
detektor yang berfungsi untuk menangkap hamburan elektron dan memberikan
informasi yang berbeda-beda. Detektor-detektor tersebut antara lain:
-
Backscatter detector,
yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai nomor atom dan topografi.
-
Secondary detector,
yang berfungsi untuk menangkap informasi mengenai topografi (Prasetyo, 2011).
4.
Sample Holder
Untuk meletakkan sampel yang akan
dianalisis dengan SEM.
5.
Monitor CRT (Cathode Ray Tube)
Di layar CRT inilah gambar struktur obyek
yang sudah diperbesar dapat dilihat.
a)
Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan
teksturnya (kekerasan, sifat memantulkan cahaya, dan sebagainya).
b)
Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari
partikel penyusun objek (kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).
c)
Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan
senyawa yang terkandung di dalam objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan,
dan sebagainya).
d)
Informasi kristalografi, yaitu informasi
mengenai bagaimana susunan dari butir-butir di dalam objek yang diamati
(konduktifitas, sifat elektrik, kekuatan, dan sebagainya). (Prasetyo, 2011).
Jenis
sampel yang dapat dianalisa: sampel biologi atau material
padat.
Aplikasi (analisa sampel):
Aplikasi (analisa sampel):
- Sampel Padat: logam, bubuk kimia, kristal, polymers, plastik, keramik, fosil, butiran, karbon, campuran partikel logam, sampel Arkeologi.
- Sampel Biologi: sel darah, produk bakteri, fungal, ganggang, benalu dan cacing. Jaringan binatang, manusia dan tumbuhan.
- Sampel Padatan Biologi: contoh profesi dokter gigi, tulang, fosil dan sampel arkeologi (Sudarman dkk., 2011).
KELEBIHAN - KELEMAHAN SEM
Adapun kelebihan teknik SEM
yaitu terdapat sistem vakum pada electron-optical
column dan sample
chamber yang bertujuan antara lain:
- Menghilangkan efek pergerakan elektron yang tidak beraturan karena adanya molekul gas pada lingkungan tersebut, yang dapat mengakibatkan penurunan intensitas dan stabilitas.
- Meminimalisasi gas yang dapat bereaksi dengan sampel atau mengendap pada sampel, baik gas yang berasal dari sampel atau pun mikroskop. Karena apabila hal tersebut terjadi, maka akan menurunkan kontras dan membuat gelap detail pada gambar (Prasetyo, 2011).
Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara
lain:
- Memerlukan kondisi vakum
- Hanya menganalisa permukaan
- Resolusi lebih rendah dari TEM
- Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis logam seperti emas (Material Cerdas, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. Mikroskop Elektron. http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop_elektron Tanggal akses 19 Maret 2012.
IA State. 2009. Microscopy.
http://mse.iastate.edu/microscopy/college.html Tanggal akses 19 Maret 2012.
Material Cerdas. 2009. Teori Dasar Scanning Electron Microscopy. http://materialcerdas.com/
teori-dasar/scanning-electron-microscopy/ Tanggal akses 19 Maret 2012.
Prasetyo, Y. 2011. Scanning
Electron Microscope dan Optical
Emission Spectroscope. http://
yudiprasetyo53.wordpress.com/2011/11/07/scanning-electron-microscope-sem-dan-optical-emission-spectroscope-oes/ Tanggal akses 19 Maret 2012.
I love it.
BalasHapusIzin copy yah, buat literatur tugas.
izin copy yah, makasih banyaak, dibayar sama pahalaaa
BalasHapusMohon maaf mbak Penulis bila boleh menambahkan, tidak semua sem punya perbesaran sampai 2juta kali(2000000x) .
BalasHapusKarena perbesaran hanyalah bantuan untuk patokan kita menganalisa.
Bila kita berbicara dengan SEM biasanya lebih berpatokan pada resolusi. Jadi saya kurang setuju bila tertulis perbesaran sampai 2juta kali.
Saya tahu penulis meniru dari wikipedia, tapi bila kita lihat wikipedia sampai selesai kita bisa lihat di "Sejarah Penemuan" sem modern bisa mencapai resolusi hingga 1 nm, perbesaran (empat ratus ribu kali)400000 x. Jadi tidak bisa dipakai patokan perbesaran 2juta kali.
Jadi mohon penulis membaca dan pahami semua isi literatur sebelum menulis. Terima kasih mohon maaf sebelumnya
terima kasih atas ilmunya
Hapus