Sifat Dasar
Makanan
Komposisi (KH, protein, lipid, dan larutan), Aw (kelembaban), pH, &
senyawa antimicrobial (dari mikroba sendiri maupun dari penambahan) secara umum
mempengaruhi penghancuran mikroba dalam makanan dengan panas. Pada umumnya, KH,
protein, lipid, dan larutan melindungi m.o bertahan pada panas. Lebih banyak
daya tahan microbial dengan konsentrasi tinggi dalam komponen2 ini.
Mikroba dlm makanan yang bersifat cair dan makanan yang berpartikel kecil2
dan terlarut dalam cairan lebih mudah terkena destruksi panas daripada m.o pada
makanan padat atau makanan dengan partikel besar (gumpalan/ bongkahan) dalam
cairan.
Mikroba lebih mudah terkena keruskan karena panas pada makanan yang memiliki
Aw tinggi atau pH rendah.
Pada makanan berpH rendah, utk mikroba yg suka asam, propionate, dan asam
laktat pemanasan lebih bersifat letal daripada mikroba yg suka fosfor atau asam
sitrat pada kondisi pH yang sama.
Adanya penambahan antimicrobial tidak terinaktivasi oleh pemanasan,
penghancuran mikroba lebih cepat. Hal ini yang berbeda dari antimicrobial alami dari mikroba.
Sifat Dasar
Mikroorganisme
Faktor yg mempengaruhi sesitivitas mikroba terhadap pemanasan termasuk
ketahanannya tergantung dari jenis dan strain, fase pertumbuhan, pemanasan
sblmnya, dan massa awalnya. Pada umumnya, sel vegetatif kapang, khamir, dan bakteri lebih sensitif daripada sporanya. Sel kapang, khamir, dan beberapa bakteri (kecuali thermoduric dan
thermofilik) sebagaimana virus, dapat dihancurkan dalam waktu 10 menit pada
suhu 65ºC. Kebanyakan sel vital kebanyakan bakteri thermodurik dan thermofilik
pada makanan dihancurkan dalam waktu 5-10 menit pada suhu 75-80ºC.
Spora khamir dan kebanyakan kapang dihancurkan pada suhu 65-70ºC dalam
waktu beberapa menit saja, namun spora beberapa kapang tetap masih bisa hidup
pada suhu 90ºC dengan waktu 4-5 jam. Pada umumnya, Spora bakteri masih tidak bisa terbunuh dengan pemanasan
suhu 80-85ºC dalam waktu beberapa menit. Kebanyakan hancur pada suhu 100ºC
selama 30 menit, namun ada bakteri yang sporanya juga belm hancur walaupun
telah dipanaskan pada suhu 100ºC selama 24 jam.
Semua spora hancur pada suhu 121ºC dalam waktu 15 menit (sterilisasi).
Dalam waktu dan temperature ini, beberapa spora jenis bakteri tertentu masih
tetap dapat bertahan, namun hal ini tergantung dari jumlah awal spora dan sifat
dasar mediumnya.
Jenis dan strain sel bakteri dan spora juga berbeda terhadap sensitivitas
panas. Sel pada fase
pertumbuhan exponential lebih mudah terkena panas daripada sel yang berada pada
fase stationer. Sel yang sebelumnya
dikenai pemanasan pendahuluan (dgn panas rendah) relatif lebih tahan terhadap
pemanasan (berkaitan dgn ketegangan protein).
Semakin besar jumlah
awal massa mikroba pada makanan, semakin lama waktu yang digunakan untuk
mengurangi jumlah mikroba tersebut. Hal ini dikarenakan kecepatan penhancuran
mikroba dgn panas mengikuti Hukum I Kinetik. Maka dari itu, sebelum perlakuan
pemanasan lebih baik dilakukan sanitasi dan pengontrolan pertumbuhan agar
jumlah awal massa mikrobanya rendah.
Sifat Pengolahan
Penghancuran mikroba dengan
pemanasan pada makanan dinilai dari
pembongkarannya dalam suhu spesifik selama periode waktu tertentu. Semakin
tinggi suhu, semakin sedikit waktu yg dibutuhkan untuk destruksi. Pemanasan dapat dilakukan dengan metode konduksi (molecule-to-molecule energy transfer) dan konveksi (movement of
heated molecules).
Makanan yang cair bersifat lebih cepat dipanaskan daripada makanan yg padat, dan makanan yang dikemas dalam kaleng
berkonduksi tinggi (metal) lebih cepat lagi dipanaskan. Makanan dalam kaleng yang
kecil lebih cepat dupanaskan daripada makanan dalam kaleng besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar